Self-Image Merasa Bahagia Melihat Diri di Depan Cermin dan
Teknik Menghargai Diri dalam Self-Appreciation
Gambar 1. Seseorang dalam keadaan insecure
sumber : pinterest
Gambar ilustrasi di atas merupakan salah satu contoh dari tiga komponen terbentuknya konsep diri yang utuh, yaitu Self Image atau lebih mudah nya disebut dengan citra diri. Cara individu melihat dirinya sendiri dan menilai tentang dirinya pada saat itu. Banyak pandangan seseorang tentang dirinya sendiri atau penilaian kepada dirinya sering mengalami salah pengertian. Melihat diri mereka di depan cermin dan menilai tubuhnya membuat mereka merasa kurang puas. Seperti ketidakpuasan individu terhadap tubuh dan paras yang di milikinya. Individu lebih sering membandingkan diri mereka dengan orang lain yang bisa di katakan lebih sempurna dari diri mereka. Apalagi tak asing dengan istilah “insecure”, menggambarkan perasaan tidak aman yang membuat seseorang merasa gelisah, takut, malu, hingga tidak percaya diri. Sebenarnya kebanyakan dari mereka mengasumsikan opini orang lain sebagai gambaran tentang dirinya. Kenyataannya, yang mengetahui bagaimana dirinya adalah individu itu sendiri.
Tujuan dari penulisan ini adalah membuat seseorang mencintai diri sendiri, mengetahui kekuatan, dan kelemahan pada diri sendiri. Membangun Self Image pada konsep diri positif. Sehingga, cepat atau lambat ia akan paham akan karakteristik pada diri mereka. Serta memudahkan langkah kedeoannya untuk bisa mengetahui dan mengembangkan apa yang sebenarnya menjadi kelebihan diri. Harapannya adalah agar individu bisa fokus dengan tujua dan proses diri mereka bukan oleh proses dan tujuan orang lain.
Membangun Self-Image positif, berarti menyediakan diri untuk bersikap menghadapi peluang dan tantangan yang baru di masa yang akan datang. Menunjukkan kematangan pada pribadi seseorang, yakni melatih diri untuk menjadi pribadi yang tangguh, tidak mudah menyerah, selalu optimis, percaya diri, dan bersyukur dengan anugerah tuhan yang di berikan kepada diri sendiri. SelfImage yang positif juga bisa membantu diri seseorang untuk mengenali kelebihan dan potensi diri, sembari bersikap realistis tentang kewajiban dan keterbatasan yang dimiliki.
Tak kurus maka tak cantik Citra diri
(Self-Image) adalah evaluasi (penilaian) individu mengenai penampilan (ukuran dan bentuk) tubuh secara keseluruhan, sikap yang ditunjukkan oleh perasaan (kecemasan dan kepuasan) individu mengenai penampilan dan karakteristik bagian tubuh, serta perilaku yang dapat dilihat dari usaha individu merubah penampilannya atau melakukan usaha untuk memperbaiki penampilan (orientasi penampilan). Orang yang memiliki citra diri positif akan memiliki psikologis yang sehat. Sedangkan, individu yang memiliki citra diri negatif akan mengalami gangguan persepsi mengenai penampilannya, mengalami ketidakpuasan dan perasaan negatif mengenai ukuran dan berat badan.
Terbentuknya citra diri ada banyak hal yang dapat mempengaruhinya, seperti media sosial yang selalu menampilkan seseorang dengan paras cantik dan sempurna. Media massa seperti majalah fashion, iklan televisi, dan pertunjukkan yang saat ini banyak menghadirkan perempuan kurus sebagai sosok yang ideal. Sosok model yang ditunjukkan dalam media massa atau pun media elektronik mempengaruhi individu untuk meniru, sehingga berusaha untuk tampil sesuai dengan idolanya. Jika harapan yang diingkan tidak tercapai bisa membuat individu tidak puas dengan yang dimiliki. Selain itu, masyarakat juga memiliki standar ideal yang harus dimiliki seseorang agar mereka diakui cantik.
Memiliki bentuk tubuh yang ideal memang manjadi idaman semua orang. Bentuk tubuh yang ideal adalah bentuk tubuh yang diingkan oleh kaum wanita dan laki-laki. Sebagian individu berjenis kelamin perempuan menginginkan bentuk tubuh yang ideal, konon katanya “tak kurus maka tak cantik”. Pandangan seperti ini terkadang membuat seseorang merasa bahwa dirinya harus seperti orang lain yang memiliki tubuh ideal. Pandangan ini juga dapat menyebabkan seseorang yang tidak memiliki bentuk tubuh ideal akan merasa tidak percaya diri. Ketidak percayaan diri ini membuat individu menjadi pribadi yang beranggapan bahwa dirinya tidak layak untuk disukai. Menanggapi dengan serius opini orang lain terhadap diri mereka akan menimbulkan rasa pesimis pada diri mereka.
Tutupi kekuranganmu dengan kelebihanmu
Seseorang cenderung melihat diri mereka dengan kekurangannya tanpa sadar bahwa ia memiliki segudang kelebihan dalam diri mereka. Kelebihan yang dimaksud ialah prestasi atau bakat yang dimiliki seseorang. Memiliki segudang kelebihan dapat membuat diri seseorang merasa bangga dengan dirinya. Kelebihan ini lah yang akan menutupi kekurangan pada diri seseorang. Memang tidak mudah bagi setiap individu untuk menyadari bahwa dirinya memiliki banyak sekali kelebihan. Pandangan setiap orang melihat individu selalu memandang fisik. Bagaikan seperti planet Pluto dan planet Saturnus, planet Saturnus sebagai penilaian diri seseorang dengan memandang fisik dan planet Pluto sebagai penilaian diri seseorang dengan memandang kelebihan atau bakat, sebenarnya besar tetapi tidak terlihat. Hal ini membuat individu sulit untuk mengakui kelebihannya karena di pikiran mereka hanya fisik yang harus baik agar dapat di akui sempurna.
Manusia tidak ada yang sempurna, semua pasti punya kelebihan dan kekurangan. Pandangan seseorang terhadap individu seharusnya bukan hanya soal fisik, tetapi sikap dan pemikiran. Memiliki kecerdasan, perilaku ramah, santun, dan punya semangat yang tinggi juga kerap membuat diri seseorang baik. Rasa bangga dan percaya diri berasal dari harga diri yang tinggi, yakni hal-hal positif yang di yakini diri sendiri, bakat yang dimiliki, dan keberhasilan diri sendiri. Saya pernah mendengar pepatah bahwa “senyuman dapat membuat seseorang terlihat cantik”, maksudnya ialah ketika kita memiliki rasa percaya diri, bibir kita cenderung lebih mudah tersenyum ketika bertemu dengan orang lain. Hal ini yang secara tidak disadari membuat diri seseorang semakin baik di hadapan orang lain.
Bersahabat dengan cermin
Kebanyakan orang yang memiliki konsep diri negatif merasa malu dan minder melihat dirinya di depan cermin. Mereka tidak percaya diri dengan wajah yang breakout, pipi yang tembem, badan yang gemuk, badan yang terlalu kurus, kulit tidak merata atau belang, dan lain-lain. Harga diri dan kepercayaan diri sangat mempengaruhi kebahagiaan seseorang dan kepuasan dalam hidupnya. Rasa percaya diri sebagian berasal dari keyakinan dan sikap individu tentang diri sendiri dan pengalaman hidup. Ketika kita melihat cermin, sebaiknya keyakinan pada diri sendiri akan muncul. Tidak perlu merasa berkecil hati dengan apa yang sudah ditakdirkan oleh Tuhan.
Apabila individu merasa kurang dengan kelebihan yang dimiliki, mereka bisa menciptakan kelebihan lain dengan cara memfokuskan dir pada keterampilanketerampilan lain. Misalnya dengan belajar memasak atau fotografi. Semakin seseorang berusaha untuk mengasah kemampuan yang lain, maka mereka tidak lagi kepikiran dengan hal-hal yang membuat tidak senang. Pujian yang orang lain berikan kepada kita bukan tanpa alasan. Pujian mereka adalah tanda bahwa mereka melihat kelebihan dalam diri kita yang seringkali tidak kita lihat. Maka dari itu sadar akan kelebihan yang kita miliki itu penting.
Membangun self-image positif dengan teknik self-appreciation
Pertama, untuk membangun Self-Image positif adalah menerima sepenuhnya
tentang diri, terutama yang berhubungan dengan kegagalan atau luka di masa lalu.
Memang tidak mudah awalnya namun dengan menerima keadaan diri seutuhnya,
maka akan lebih mudah untuk mencintai diri sendiri. Kedua, fokus untuk terus
mengembangkan diri dengan hal-hal yang dicintai. Manusia memang makhluk
yang paling dinamis, termasuk bagaimana caranya dalam memandang hidup dan
dirinya sendiri. Self-Image yang tumbuh dari diri sendiri jauh lebih powerful
dibandingkan siapapun. Manusia dituntut untuk terus tumbuh dan berkembang
dengan berbagai hal yang dicintai. Pada akhirnya, itu semua akan mengantarkan
diri pada perasaan berharga terhadap diri sendiri. Ketiga, berhebnti
membandingkan diri dengan orang lain dan merefleksikan diri dengan kalimat
positif. Apa yang dirasakan individu ketika bercermin dan melihat dirinya,
seharusnya ia merasa bahwa seseorang yang berada di atas pantulan cermin itu
adalah manusia hebat. Diri kita sangat layak untuk mempersepsikan diri yang
menarik, hebat, cerdas, dan bahagia dalam menjalani hidup. Perasaan rendah diri
tidak akan menuntun diri menjadi manusia yang lebih baik dari sekarang. Jadi,
deskripsikanlah diri kita dalam kalimat dan tindakan yang positif. Keempat,
bersyukur lebih mudah memunculkan citra positif dalam diri sendiri. Syukur adalah
perasaan yang paling mendamaikan. Tidak ada hal yang bisa menandingi betapa
banyaknya kebaikan Tuhan dalam hidup. Tidak perlu insecure dengan tampilan
fisikmu, sejauhmana intelegensimu, dan sejauh mana kemampuanmu. Cukup miliki
keinginan untuk terus memperbaiki dirimu. Sejatinya, seseorang adalah manusia
hebat dengan cara mereka sendiri. seberapa positif seseorang dalam memandang
diri sendiri adalah hal paling utama untuk membentuk self-image. Dengan
demikian, kita sebagai manusia harus lebih percaya diri dengan seluruh potensi
yang kita miliki.
Kesimpulan
Konsep diri merupakan gambaran seseorang tentang dirinya yang bersifat fisik maupun psikologis yang diperoleh melalui interaksinya dengan oraang lain. Pembentukan konsep diri positif ditandai dengan keseimbangan dimensi konsep diri yang terdiri dari gambaran diri (body image), penerimaan diri, harapan, dan harga diri yang sangat mempengaruhi kesehatan individu. Dengan adanya membangun citra diri positif, hasil yang dapat diprediksikan adalah adanya penerimaan terhadap kekurangan diri. Maksud dari bercermin dan merasa bahagia ialah untuk mengajak seseorang yang mudah sekali merasa insecurety atau memiliki citra tubuh yang negatif untuk keluar dari keadaan tersebut. Dengan menggunakan teknik self-appreciation, proses menghargai diri sendiri dengan beryukur untuk diri sendiri. mensyukuri bahwa tubuh manusia berfungsi dengan baik dan bersyukur karena Tuhan memberi bakat dan hadiah alami.
Referensi :
fite, W. (n.d.). 2008 . T H E SOCIA L SELF ^. THE JOURNAL OF PHILOSOPHY, 374-380.
Sosiawan, SIP, Msi, E. A. (n.d.). PSIKOLOGI SOSIAL . Psikologi Sosial, 1-6.
Komentar
Posting Komentar